Senin, 15 Juni 2009

Mengenang A. Kadir - OM Sinar Kemala

Mengenang A. Kadir - OM Sinar Kemala

Formasi lengkap OM Sinar Kemala pada tahun 1964.

Wah, di dekat stasiun kereta api Sepanjang, Sidoarjo, saya menemukan kaset lama yang bersejarah. Judulnya: Mengenang A. Kadir.

Ada tulisan lain di sampul: OM Sinar Kemala pimpinan A. Kadir. Lalu, 'Keagungan Tuhan', lagu terkenal OM Sinar Kemala yang ditulis oleh A. Malik Bz. [Abdul Malik Buzaid].

Syukur alhamdulillah!

Saya sering mendengar kisah seputar OM Sinar Kemala dari Bapak A. Malik Bz., salah satu personel orkes itu yang kini tinggal di Desa Kureksari, Kecamatan Waru, Sidoarjo. Kebetulan saya sering mampir ke rumah Pak Malik untuk tanya-tanya seputar kisah di balik lagu 'Keagungan Tuhan' yang legendaris itu.

Pak Malik sangat respek pada almarhum A. Kadir, salah satu dedengkot musik melayu di tanah air. Jasa beliau sangat besar dalam memperkenalkan lagu-lagu berirama melayu [kemudian bermetamorfosa menjadi dangdut] di seluruh Indonesia. Saya yakin, orang tua kita pernah menikmati lagu-lagu melayu ala OM Sinar Kemala dan orkes-orkes sejenis.

Nah, kaset 'Mengenang A. Kadir' ini diterbitkan Lokananta, perusahaan rekaman milik negara di Solo. Ada 18 lagu di sini. Saya duga, lagu-lagu ini ditransfer dari piringan hitam dengan aransemen musik orisinal, khas 1960-an. Sepenuhnya akustik.

SiSI A:

Keagungan Tuhan [karya A. Malik Bz.] penyanyi Ida Laila, Pengantin Baru [A. Kadir] penyanyi A. Kadir, Pujaan Hati [Fouzi] Ida Laila, Pandangan Sekejap [A. Kadir] Ida Laila/A. Kadir, Ingkar Janji [Fouzi] A. Kadir, Tertawan [A. Malik Bz.] Nurkumala, Di Lembah Duka [A. Kadir] Surayah, Jangan Diragukan [Fouzi] A. Kadir, Insan dan Seni [A. Malik Bz.] Fadiah.

SISI B:

Kembalilah Kekasihku [A. Kadir] A. Kadir, Bercerai Kasih [A. Malik Bz.] Ida Laila, Hanya Padamu [A. Kadir] A. Kadir, Tiada Harapan [A. Rafiq], Menanti Kekasih [A. Kadir] A. Kadir, Berjumpa Kembali [A. Kadir] A. Kadir/Ida Laila, Kisah Nan Lalu [A. Malik Bz.] A. Kadir, Suara Jiwaku [Achmad] A. Kadir, Terimalah [A. Malik Bz.] A. Kadir.

Saya beberapa kali memutar kaset lama ini untuk menangkap roh OM Sinar Kemala sekaligus struktur musik melayu 1960-an. Hmm.. ternyata A. Kadir bersama anggota orkes mempersiapkan album ini dengan sungguh-sungguh. Mulai dari pola melodi, ritme, aransemen, hingga seksi gesek [string section] yang mempermanis lagu.

Ida Laila pada 1960-an jelas masih remaja. Suaranya terdengar cempreng [ceper], agak sulit dengan nada rendah. Kenapa nada dasarnya tidak dinaikkan saja? Barangkala Pak A. Kadir sudah mempertimbangkan berbagai aspek sehingga memilih Ida Laila membawakan 'Keagungan Tuhan'.

Yang jelas, sejarah sudah tercipta. Ida Laila dan OM Sinar Kemala sudah berhasil mengabadikan lagu 'Keagungan Tuhan' yang sangat religius itu. "Lagu itu memang cepat sekali populer ke seluruh Indonesia, bahkan Malaysia, Singapura, dan Brunei. Sampai hari ini pun orang masih menyanyikannya," kata A. Malik Bz., penulis lagu Keagungan Tuhan, yang dikenal sebagai oran dekat A. Kadir.

Kalau disimak baik-baik, musik dan syair OM Sinar Kemala sangat berbeda dengan lagu-lagu dangdut sekarang [tahun 2000-an ke atas]. A. Kadir dan kawan-kawan menampilkan nyanyian yang santun, berpetuah, refleksi, religius. Irama gambus pun kental terasa. Maklum, A. Kadir dan beberapa pemusik memang keturunan Arab yang paham benar tangga nada Timur Tengah.

Lagu melayu mirip kasidah ini terasa di Pengantin Baru, Pujaan Hati, Keagungan Tuhan.... Yah, hampir semuanyalah. Meski begitu, tema lagu sebagian besar tetap berputar-putar di soal asmara muda-mudi.

Menurut Malik Bz., pada 1960-an hingga 1970-an lirik lagu melayu memang sangat memperhatikan rima alias kesamaan vokal di setiap bait. "Nggak kayak sekarang, syair lagu dibuat sebebas-bebasnya asal jadi," kata Malik Bz. kepada saya.

A. Kadir lahir dan besar di Surabaya. Orangnya santun, berwibawa, dan hebat secara musikal. Suaranya tidak bagus-bagus amat, tapi enak didengar. Nyanyinya tidak ngoyo, bahkan cenderung pakai setengah suara. Mungkin karena disesuaikan dengan irama melayu masa itu yang belum dimasuki unsur rock & beat macam dangdut masa kini.

Karena suka musik, A. Kadir mengajak teman-temannya pada 1950-an untuk mendirikan Orkes Melayu [OM] Sinar Kemala di Surabaya. Saat itu orkes melayu belum banyak di Indonesia. OM lain yang terkenal dan berpengaruh, kata Malik Bz., adalah OM Bukit Siguntang pimpinan A. Chalik di Jakarta.

[Untuk orkes melayu nama pemimpin sangatlah penting. Dia bisa pemusik, penata musik, atau sekadar juragan yang menentukan merah-hitamnya orkes. Nama pemimpin selalu dicantumkan bersama orkesnya. Maka, kita kenal OM Sinar Kemala pimpinan A. Kadir. Kemudian OM Bukit Siguntang pimpinan A. Chalik. Sampai sekarang pun orkes melayu atau dangdut di Jawa Timur mempertahankan tradisi ini.]

Menurut A. Malik Bz., selama 10 tahun lebih OM Sinar Kemala tidak berkembang meskipun sudah mulai dikenal masyarakat di Surabaya dan sekitarnya. Toh, mereka tetap berkarya, main di RRI Surabaya, atau mengisi tanggapan di berbaga hajatan. Para pemusik yang rata-rata muda, bujang, sangat menikmati hobi sebagai pemusik melayu yang disukai masyarakat pada masa itu.

Barulah pada 1961, OM Sinar Kemala melejit. Album demi album mereka rekam di PT Lokananta, salah satu perusahaan rekaman perintis di Indonesia. OM Sinar Kemala mencapai kejayaan pada 1964 dengan merilis hit 'Keagungan Tuhan' karya A. Malik Bz. Adalah Ida Laila, vokalis remaja asal Surabaya, yang membawakan saat rekaman di Lokananta.

RRI Surabaya, sebagai wadah bermusik OM Sinar Kemala, kemudian menyebarkan lagu-lagu OM Sinar Kemala ke jaringan RRI di seluruh tanah air. Maka, di mana-mana orang menyanyikan lagu itu.

"Insaflah wahai manusia
Jika dirimu bernoda
Dunia hanya naungan,
'Tuk makhluk ciptaan Tuhan..."



A. Malik Bz. memperlihatkan salah satu piringan hitam OM Sinar Kemala. Gambar di sampul itu A. Kadir, pemimpin OM Sinar Kemala.

Lalu, rekaman demi rekaman diproduksi di Lokananta. Kepada saya A. Malik Bz. mengatakan bahwa OM Sinar Kemala berhasil mencetak 80 album lagu-lagu melayu baik yang sukses maupun tak. Separo, 40 album, diproduksi Lokananta [Solo] dan 40 lainnya oleh Remaco [Jakarta].

Waktu terus berjalan, dunia hiburan Indonesia pada 1970-an awal dibanjiri film-film India. Salah satunya berjudul AWARA. Film India, kita tahu, tak hanya berisi cerita, tapi lebih-lebih musik dan goyangannya yang khas. Orang Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan, dan kota-kota besar pun demam artis India.

Mau tak mau, irama India pun terserap ke musik melayu 'klasik' tanah air. Nah, lagu melayu bercampur India ini kemudian menjadi cikal bakal dangdut. Bagaimana dengan OM Sinar Kemala pimpinan A. Kadir? "Kami ikut terpukul gara-gara terjadi perselisihan antara Remaco dan Golden Hand," cerita Pak Malik.

Biasa, produser rekaman [pedagang] bertikai soal nafkah. Rebutan artis top yang bisa mendatangkan uang banyak. Apa boleh buat, OM Sinar Kemala yang legendaris pun pecah. Para personel yang hebat-hebat, matang, keluar dan bikin orkes-orkes baru.

Orkes pecahan Sinar Kemala antara lain OM Sinar Mutiara [pimpinan Fouzi], OM Awara [pimpinan S. Achmadi], OM Permata [pimpinan Mono Sanjaya]. "Penyanyi A. Rafiq pindah ke Jakarta dan mendirikan A. Rafiq Group," tutur Pak Malik Bz.

Malik Bz., penulis lagu paling produktif saat itu, juga pemain akordeon dan piano OM Sinar Kemala, pun mengaku diajak pindah atau bergabung dengan orkes lain. Atau, bikin orkes sendiri yang dijamin laku. "Tapi saya tidak mau. Saya tetap bertahan bersama OM Sinar Kemala," tegas Pak Malik.

Orkes-orkes pecahan Sinar Kemala ini, kita tahu, dalam waktu singkat menarik perhatian masyarakat Indonesia. OM Awara dengan Ida Laila-nya mencetak puluhan album dan kondang di kampung-kampung. Siapa sih yang tak kenal Ida Laila, yang diorbitkan A. Kadir dan OM Sinar Kemala?

A. Rafiq bikin heboh dengan gaya melayu Indianya, plus celana khasnya: celana a. rafiq. Itu lho celana panjang yang kakinya besar nian. Goyangan A. Rafiq pun menjadi trade mark-nya sampai sekarang.

Pada saat itu A. Kadir, A. Malik Bz. dan beberapa personel OM Sinar Kemala mencoba bertahan dengan idealisme bermusik melayunya. Tapi waktu jugalah yang akhirnya menghentikan riwayat OM Sinar Kemala.

"Dunia rekaman kita nggak karuan karena dikuasai oleh orang-orang yang mata duitan. Bikin lagu bukan untuk seni, tapi semata-mata uang. Contek lagu India dan lagu-lagu luar menjadi hal biasa. Seniman karbitan merajalela. Saya selalu dipaksa ikut arus industri, tapi nggak mau," ujar Pak Malik Bz.

Pada tahun 1985 Bapak A. Kadir, pendiri OM Sinar Kemala, salah satu pelopor musik melayu di Indonesia, meninggal di rumahnya Jalan Ampel Cempaka 30 Surabaya. OM Sinar Kemala pun wassalam....

DAFTAR PERSONEL OM SINAR KEMALA

Ghozali [pembawa acara]
Ida Laila [penyanyi]
Nur Kumala [penyanyi]
Munif Bahaswan [penyanyi]
Khadam [trombone]
Piek Nyoo [penari]
Fouzi [penggembira]
Ellya Khadam [penyanyi]
A. Kadir [pemimpin, suling, tabla]
Yohana Satar [penyanyi]
Wakhid [gitar]
Saleh [trumpet, klarinet]
Salim [pelawak]
Abubakar
Muhammad Degel [kendang]
A. Malik Bz. [akordeon, piano]
A. Karim [tamborin]
Umar [penyanyi]
Said Efendi [penyanyi]
Fuad [marakas]
Husein [akordeon]

Pemain biola : 12 orang.

Pembuat orkestrasi [music arranger]:

Suyanto
Andi Saifin
Kanan [Kepala RRI Surabaya]
Marzuki [RRI]
Urip Santoso
Sofyan


Naskah ini dipersembahkan kepada Bapak A. Kadir [almarhum] dan Bapak A. Malik Bz., pemusik 1960-an, atas kepeloporannya dalam mengembangkan musik melayu di Indonesia.

Rabu, 27 Mei 2009

Berita Terbaru

Berita terbaru
Radar Tegal
kompas
update symantec
avira
Suara Merdeka
Usaha Web

Semarang Tempoe Doeloe


Mesdjit Besar Aloon-aloon 1890an

Semarang merupakan satu-satunya kota di Jawa yang tidak memiliki Alun-alun. Daerah yang sekarang ditempati kompleks Pasar Johar sebelum tahun 1960an merupakan Alun-alun yang merupakan lapangan untuk pawai militer juga. Di foto ini kita melihat pawai kavalari dan infanteri KNIL. Tuan-tuan besar sedang melihat pawai nya dari tribun kehormatan yang di podium. Antara mereka pasti terdapat G.I.Blume, Asisten Residen Semarang pada waktu itu dan Bupati Semarang Raden Toemenggoeng Tjokrodipoero. Tuan-tuan yang kurang besar berdiri di latar depan. Mereka pakai topi tinggi dan tongkat. Rakyat Semarang sedang melihat pawai dari belakang pakar di latar kanan. Alun-alun ada beberapa tiang lampu. Jaman itu belum ada listrik. Lampu nya memakai gas. Sepur kereta trem melewati Alun-alun juga. Di depan ada tempat perhentian trem yaitu “Halte Aloon-aloon”.

Kita bisa melihat sesuatu gedung dengan kisi-kisi. Itu penjara lama yang berlokasi di depan Masjid Besar yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Kauman. Pada tahun 1741 suatu masjid dibangun di suatu kawasan yaitu kawasan dimana sekarang berdiri Masjid Besar Semarang. Itu merupakan masjid paling besar di Semarang yang akhirnya mengabadikan nama Kyai Adipati Surohadimenggola II sebagai pendiri pertama Masjid Besar. Hasil pembangunan masjid itu hanya dinikmati dalam waktu singkat karena masjid tersebut terbakar pada tahun 1883. Pembangunan masjid baru diselesaikan pada tahun 1890. Di foto ini gedung masjid masih sangat baru. Di latar belakang cerobong memuntahkan asap hitam. Jaman itu Semarang sudah punya pabrik.

Semarang Tempoe Doeloe




Kereta api SJS Semarang 1900an-2006
Kartupos ini memperlihatkan kereta api SJS (Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij) di stasiun Jomblang. SJS mulai beroperasi pada tahun 1881 antara Semarang dan Juwana. SJS adalah maskapai trem pertama di Jawa. Kereta ini ada lokomotif Beyer Peacock. Sekarang lokomotif model seperti itu masih terdapat didepan stasiun Pasar Turi di Surabaya.

Lokomotif Beyer Peacock model tahun 1896

Semarang Tempoe Doeloe

Kereta api SJS Semarang 1900an-2006
Kartupos ini memperlihatkan kereta api SJS (Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij) di stasiun Jomblang. SJS mulai beroperasi pada tahun 1881 antara Semarang dan Juwana. SJS adalah maskapai trem pertama di Jawa. Kereta ini ada lokomotif Beyer Peacock. Sekarang lokomotif model seperti itu masih terdapat didepan stasiun Pasar Turi di Surabaya.

Lokomotif Beyer Peacock model tahun 1896

PPOB

PLN Berlakukan PPOB
Ditulis oleh Administrator
Thursday, 02 April 2009

TEGAL – PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Tegal mulai 1 April 2009 memberlakukan sistem Payment Point Online Bank (PPOB) sebagai solusi mudah membayar listrik di mana saja. Sejumlah bank pun digandeng untuk mensukseskan program ini seperti Bank Mandiri, Bukopin, BRI, BNI 46, NISP, BPRKS Semarang dan PT Pos Indonesia. PPOB nantinya akan memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk melakukan pembayaran rekening listrik. Selain itu, dengan penerapan program tersebut, terdapat celah atau peluang usaha yang bisa digarap masyarakat dengan menjadi mitra yang nantinya akan menerima pembayaran listrik milik pelanggan.

Humas PT PLN APJ Tegal Slamet mengatakan, per 1 April kemarin, program PPOB sudah mulai dijalankan. Hanya saja, pemberlakuan program tersebut disesuaikan dengan sambungan yang sudah siap infrastruktur untuk mendukung PPOB. Sementara sambungan yang belum siap akan menggunakan sistem manual seperti biasa.

Nantinya, PPOB akan memberikan kemudahan kepada seluruh pelanggan PLN untuk melakukan pembayaran rekening listrik denan mudah, praktis dan efisien. Pasalnya, pembayaran bisa dilakukan luar kota tanpa harus datang ke kantor PLN karena sudah terhubung secara online.

Dengan sistem ini, lanjutnya, diharapkan bisa antian di loket saat pelanggan datang pada waktu bersamaan. “Pelanggan nantinya akan dikenakan biaya administarsi sebesar Rp 1.600 dalam program PPOB,” terangnya.

Lebih lanjut Slamet menambahkan, untuk APJ Tegal saat ini terdapat sekitar 730 ribu pelanggan yang nantinya bisa memaksimalkan PPOB sehingga kesibukan atau sedang beraktivitas ke luar kota masih bisa melakukan pembayaran rekening listrik. Dengan sistem ini, kebutuhan pelanggan yang dituntut serba cepat dan praktis diharapkan bisa terlaksana dan kedepannya akan terus dilakukan perbaikan dan pembenahan infrastruktur sehingga PPOB bisa berjalan dengan baik dan dimanfaatkan seluruh pelanggan secara maksimal. “Ini adalah salah satu bentuk pelayanan kami untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan,” katanya.

Eko, salah seorang pelanggan PLN mengakui jika pemberlakukan sistem PPOB akan memudahkan pihaknya membayar rekening listrik di sekitar tempat tinggalnya yang melayani pembayaran PPOB yang bisa dilakukan masyarakat melalui kerja sama dengan mitra bank. Kemudahan lain yang bisa didapat adalah tidak perlu lagi antri di loket serta pihaknya bisa tetap membayar rekening listrik tepat waktu meskipun sedang berada di luar kota. “Bagi kami biaya yang harus dikeluarkan untuk administrasi sudah seimbang dengan pelayanan yang diberikan untuk mempermudah pelanggan membayar rekening listrik,” tukasnya. (g